Metroterkini.com - Ilmuwan melakukan studi ulang dari batu yang ditemukan pada 2011 yang lalu. Batu berukuran sekepalan tangan dan berwarna hitam kaca itu disebut sebagai batu terpanas yang pernah tercatat di Bumi.
Temuan tersebut kemudian menunjukkan, bahwa batu terbentuk pada suhu mencapai 2370 derajat Celcius atau lebih panas dari mantel Bumi. Namun benarkah demikian?
Untuk mengetahuinya, peneliti pun kembali menganalisis kandungan mineral dari batu tersebut. Dari analisis itu, peneliti berhasil mengonfirmasi, bahwa batu tersebut memang memiliki suhu panas yang benar-benar membakar.
Seperti dikutip dari Science Alert, Selasa (19/4/2022) batuan tersebut menurut peneliti meleleh dan terbentuk kembali dalam tumbukan meteorit sekitar 36 juta tahun yang lalu di tempat yang sekarang merupakan wilayah Labrador, Kanada.
Tumbukan itu kemudian membentuk kawah yang disebut kawah Mistastin dengan lebar 28 kilometer. Michael Zanetti, yang saat itu merupakan mahasiswa doktoral di Washington University St. Louis kemudian mengambil batu kaca selama melakukan studi di tempat tersebut.
Penemuan kebetulan itu kemudian menemukan bahwa batu mengandung zirkon, mineral yang sangat tahan lama yang mengkristal di bawah panas tinggi. Struktur zirkon ini dapat menunjukkan pula seberapa panas batu saat terbentuk.
Dalam studi terbaru, peneliti pun kembali meneliti kandungan zirkon untuk memberikan pandangan yang lebih komprehensif tentang bagaimana dampak tumbukan meteorit dapat memanaskan tanah.
Hasilnya peneliti menemukan, bahwa batu terbentuk setidaknya dalam suhu 2370 derajat Celcius, seperti ditunjukkan pada penelitian sebelumnya di tahun 2017. Peneliti menemukan pula batuan sedimen yang mengandung kaca telah dipanaskan hingga 1673 derajat Celcius.
Rentang suhu itu akan membantu peneliti mempersempit tempat untuk mencari batuan paling panas di wilayah lain.
"Kami mulai menyadari jika kami ingin menemukan bukti suhu setinggi itu, kami perlu melihat wilayah tertentu daripada memilih secara acak," kata penulis utama Gavin Tolometti, yang merupakan peneliti postdoctoral di Western University di Kanada.
Peneliti juga menemukan, mineral bernama reidite di dalam butiran zirkon. Reidite terbentuk ketika zirkon mengalami suhu dan tekanan tinggi, keberadaannya memungkinkan para peneliti menghitung tekanan yang dialami oleh batuan yang terkena dampak tumbukan.
Dampak tumbukan menimbulkan tekanan antara 30 dan 40 gigapascal. Tekanan ini akan menyebabkan batuan tak hanya meleleh tetapi juga menguap. Selanjutnya, temuan ini dapat digunakan untuk meneliti kawah-kawah lain di Bumi.
Peneliti juga berharap dapat memanfaatkan metode serupa untuk mempelajari batuan yang dibawa kembali dari kawah tumbukan di Bulan selama misi Apollo.
"Ini bisa menjadi langkah maju untuk mencoba dan memahami bagaimana batuan telah dimodifikasi oleh kawah tumbukan di seluruh Tata Surya," ungkapTolometti.
Studi dipublikasikan di jurnal Earth and Planetary Science Letters. [**]